Friday, January 29, 2010

Stanley, A Fusion Piece of Hong Kong




Photo & Text by Mary Sasmiro

Dari mata memandang, yang ada pemandangan pembauran kaum bule dan warga lokal. Market yang adapun menjual barang gaya oriental dengan selera internasional. Stanley sungguh bagai sajian fusion di tengah hiruk pikuk dan gemerlap Hong Kong.

Bila Anda termasuk orang yang terseret magnet cantiknya mega kosmopolitan Hong Kong, Causeway Bay, Central, Tsim Sha Tsui ataupun Mong Kok sudah menjadi langganan tempat beredarnya turis Indonesia pada umumnya, termasuk saya di kala dulu. Tahun-tahun terakhir berkunjung ke Hong Kong, saya mulai mencari suasana lain dari Hong Kong selain hiruk pikuk areal belanja dan riwa riwi mahluk bernama manusia bertebaran di jalan yang padat dengan aneka neon terang warna warni. Tahun lalu Sai Kung di New Territory memukau saya dengan suasana laut yang lebih tenang dan kawasan yang asri. Belum lagi sajian seafood segar yang rasanya tak tertandingi. Tahun ini, saya menyempatkan diri untuk menikmati Stanley di akhir pekan. Kawasan yang mayoritas dihuni oleh para expat ini memang cantik. Pantai di tengah kota, tak secantik pantai Bali ataupun Lombok tentunya, namun suasana sekitarnya yang menyenangkan. Banyak café-café dan pub di sekitar Stanley Plaza. Di penghujung musim panas lalu saat saya berkunjung, warga lokal yang bergaya modern dan modis asyik berjemur di open air café sekitar sana sambil menikmati cocktail, berbaur dengan para bule warga sekitar dan turis asing seperti Jepang dan tentunya saya.

Bila Anda jenis orang yang menikmati berjalan-jalan sendirian, mungkin bisa meniru cara saya menikmati Stanley si satu akhir pekan. Mengawali pagi dengan menikmati local noodle yang sungguh modest namun nikmat. Mi instant yang diberi batangan sosis, telur mata sapi bersama beberapa tetes chili oil dan ditutup dengan segelas Nai Cha alias teh susu khas Hong Kong. Perut telah terisi, mulailah menjelajah Stanley Market yang tak pernah membuat saya bosan. Bila Anda seperti saya, pecinta barang-barang bergaya oriental antik namun mencari harga miring, jangan lewatkan market ini. Saya tak menyesal encok menyerang pinggang gara-gara menenteng koper yang penuh diisi kotak perhiasan kayu yang bulky dan berat berukir jade (well, palsu tapi siapa peduli?) berharga hanya HK$200! Sebagai penggemar fashion brand Shanghai Tang yang membenci harga tak masuk akalnya dan tak rela membeli, saya seperti menemukan surga di market yang menyenangkan ini. Segala yang berbau “ala” Shanghai Tang ada dengan harga kantong lokal. Sayapun tak habis memuja hasil buruan sendiri, syal kombinasi velvet dan silk yang dihiasi motif print pop art Mao Ze Dong! Dan table runner sutra gaya oriental modern sepanjang 2 meter yang harganya pasti mencekik leher bila sudah masuk toko furniture di Kemang. Sebuah toko yang menjual keramik memajang cover komik masa lalu favorit saya, Tintin Lotus Biru yang di print diatas tile. Ah, sayapun sempat bercanda ria dengan para penjaja toko yang ramah dan senang melihat saya kegirangan seperti cacing kepanasan. Bahkan sempat berphoto ria dengan anjing Pekingnesse montok pemilik toko.

Ketika sore menjelang, mulailah berphoto-photo ria dengan obyek pantai, perahu-perahu kecil dan dermaga di sekitar Murray House, sebuah gedung tua berusia seratus tahun lebih bergaya Victorian era yang dengan entah cara yang tak pernah bisa saya mengerti, konon dipindahkan utuh dari kawasan Central sekitar tahun 90-an ke daerah Stanley ini. Murray House sendiri kini dihuni café-café modern yang menyajikan aneka masakan asing mulai dari masakan Vietnam, Spanyol sampai Fusion. Harga memang agak mahal, tapi bolehlah mencoba menikmati pemandangan Stanley saat senja dari balkon salah satu restoran yang saya coba, Ludwig Beethoven I. Tak salah lagi, resto Jerman.

Ketika malam mulai datang, tempat ini tak kunjung sepi, di pojok dermaga Blake Pier, ada saja pasangan berpacaran, dan lucunya di pojok lain ada nenek-nenek memancing. Kombinasi pemandangan yang unik. Dan saya, turis nyasar ini menutup hari di Stanley dengan bersyukur diberi kesempatan menikmati aneka tempat cantik di dunia, duduk menghadap laut menikmati lampu-lampu gedung ditemani lagu manis dari Ipod Touch tersayang, “La mer, Qu'on voit danser le long des golfes clairs, A des reflets d'argent, La mer…Des reflets changeants, Sous la pluie….,”

Travel Tips:
• Bila Anda menginap di daerah Causeway Bay, Minibus No. 40 yang mangkal di dekat Time Square Plaza akan membawa Anda ke Stanley melewati pantai lain di sekitarnya yang lebih akrab di telinga turis, Repulse Bay. Biaya HK$ 9.50.
• Uniknya perjalanan menuju Stanley Plaza dan Waterfront dari tengah kota akan melewati gunung-gunung, seperti bepergian ke luar kota hanya dalam waktu 30 menit untuk menemukan suasana yang benar-benar beda.
• Stanley Market buka setiap hari dari Senin-Minggu, mulai dari jam 10.00-18.00
• Harga barang-barang di Stanley Market masih bisa ditawar namun tidak akan turun banyak.
• Karena berada di kawasan para expatriates, penjaja toko-toko di Stanley Market umumnya fasih berbahasa Inggris.

No comments:

Post a Comment