Friday, January 29, 2010

SENADO SQUARE, Little Food Tour in a Funtastic Little Square




Text and Photo by Mary Sasmiro

Dalam beberapa tahun terakhir ini Macau telah menjadi tujuan wisata kawasan Asia yang patut dijadikan ‘hot destination’. Macau yang dulunya adalah negara kecil koloni Portugis, kini telah kembali ke pangkuan China di tahun 1999. Walaupun mungil, tapi banyak yang bisa ditawarkan oleh Macau selain deretan kasino yang tumbuh menjamur seperti Grand Lisboa, MGM dan the Venetian. Salah satunya adalah Senado Square, alun-alun cantik di kawasan kota, dipenuhi dengan bangunan bernuansa arsitektur Portugis berwarna cerah dominasi warna kuning yang kental. Selain itu alun-alun cantik ini menarik perhatian para turis dengan berbagai deretan toko-toko fashion, kosmetik, resto, café sampai gerai jajanan khas Macau.

Kedai Ice Cream Rasa Eksotis
Dan bila Anda kebetulan adalah seorang penggemar icip-icip makanan baru di negara yang Anda kunjungi. Senado Square cukup memberi warna bagi mini wisata kuliner Anda selama beberapa jam disana. Liburan akhir tahun lalu saya melewatkan tiga hari dua malam di Macau. Dan setiap hari saya berkunjung kesana. Pagi pertama dilewatkan dengan menyantap egg tart yang terkenal. Ternyata egg tart yang disebut Tan Tat ( kue telur dalam bahasa canton ) dimana biasa tersaji dalam menu dessert sajian dim sum di kebanyakan Chinese restaurant ini asalnya dari Macau. Setelah berjalan beberapa puluh langkah mata saya tergoda oleh nampan berisi aneka sate baso seafood yang nantinya akan dicelupkan ke kuah kaldu panas dengan pilihan kuah bening atau Ma La Thang (kuah pedas Ma La ala Sechuan). Hawa Macau yang cukup dingin di bulan Desember rasanya turut mendorong saya mencicipi setusuk. Lidah Indonesia saya memilih Ma La Thang karena terasa lebih pas. Pedasnya membuat bibir terasa panas, entah bumbu apa saja yang ia celupkan disana. Tapi nikmat. Saat panas di bibir belum hilang, mata saya kembali tertuju pada sebuah gerai ice cream di seberang bernama Lemon Cello yang mungil namun cantik, secantik penjaga toko yang pasti blasteran Portugis-China. Nama kedai itu mengingatkan saya pada liquor khas Italia. Banyak pilihan rasa ice cream dan sorbet yang tersedia, dari yang standar seperti Rum Raisin, coklat (uniknya konon rasanya seperti merek coklat ternama Ferrero Roche), moca, blackberry sampai yang terdengar eksotis seperti rasa Ginger, Rose Tea ( saya mencobanya dan memang wangi seperti teh dicelup mawar ), Kiwi, Pink Grapefruit sampai rasa Yakult (ya…Yakult minuman favorit kita itu) dan tentunya sorbet rasa lemon cello yang segar. Dengan $20, $25 dan $35 Anda bisa mencicipi single, double dan triple flavours.

Hari pertama icip-icip di seputar Senado Square sudah cukup mengeyangkan. Acara hari pertama dilanjutkan dengan mengunjungi obyek wisata disekitarnya seperti gereja-gereja kecil namun asri dan bangunan tua seperti reruntuhan Katedral St. Paul yang terbakar ratusan tahun lalu dan hanya menyisakan bagian gerbang yang kini menjadi landmark Macau.

Pasta Fussion Unik Sajian Restoran Sederhana
Pagi ke-2 di Macau saya menyiapkan diri pindah ke hotel baru di kawasan Cotai Strip-The Venetian yang tersohor sebagai replika hotel dan casino dengan nama sama di Las Vegas. Sebelumnya saya memilih kembali ke Senado Square yang dapat saya tempuh dengan berjalan kaki 10 menit saja dari hotel untuk mencari makanan. Saya bosan dengan breakfast ala hotel. Paling tak beda dengan sosis goreng, omelette dan salad. Rasanya kemarin masih banyak yang bisa saya cicipi di Senado Square.

Sebuah resto kecil yang sederhana menarik perhatian saya dengan foto-foto makanan yang ia pajang. Semua tak bisa saya baca, hanya berbahasa mandarin dan Portugis (jangan heran, bahasa Inggris agak langka disini, berhubung Macau bekas koloni Portugis). Namun Bahasa gambar memang universal. Saya tertarik mencoba pasta hitam olahan dari squid ink-tinta cumi-cumi dengan pork chop! Cara memasaknya seperti mi goring lengkap dengan bawang irisan bawang Bombay dan paprika.Wah, Fussion ala Macau. Rasanya tak mengecewakan, porsinya tak sanggup saya habiskan sendirian. Dengah mematok harga $36, untuk ukuran perut perempuan Indonesia rasanya paling pas untuk share ber-2. Saya juga tertarik mencoba minuman ice chocolate peppermint yang di menu bergambar coklat peppermint Cadbury. Entah hanya sebagai gambaran rasa atau memang ada hubungannya dengan brand tersebut. Saat itu saya melihat seorang food writer dari Hong Kong di meja sebelah sedang asyik mewawancarai ibu tua pemilik resto mungil tersebut. Seorang photographer sedang asyik memotret makanan yang disajikan, termasuk menu yang saya pilih tadi. Dalam hati saya berguman,å”Hm, tampaknya saya tidak salah memilih restoran,”

Kenyang menyantap big breakfast yang lebih mirip brunch itu, saya melanjutkan berjalan mencari oleh-oleh untuk dibawa pulang. Banyak gadis-gadis muda menawarkan tester kue-kue kering khas Macau di depan toko oleh-oleh. Rasanya seperti kue sagu yang bercampur kacang. Wangi dan renyah. Dikemas dengan cantik pula. Pas untuk dibawa menjadi oleh-oleh. Dendeng pun banyak dijajakan disana, lengkap dengan tester yang ditawarkan. Tapi saya kurang tertarik, tampaknya tak jauh beda dengan Bee Cheng Hiang di Jakarta.

Sebelum meninggalkan Senado Square menuju kawasan Cotai Strip, saya menutup acara icip-icip disana dengan mencoba dessert khas Macau. Egg Pudding. Disajikan dingin dalam mangkok sedang dengan tampilan seperti pudding almond, namun agak kekuningan. Rasanya not bad, tapi tak terlalu istimewa. Tak terlalu manis, namun aroma telur bercampur gula dan susu cukup membangkitkan selera walau satu mangkok saja rasanya sangat mengeyangkan.

Saya agak khawatir berat badan bertambah namun rasanya sayang untuk melewatkan acara icip-icip ini. Dalam satu kawasan cantik, banyak sajian baru yang bisa saya nikmati. Trully a satisfying little food tour in a funtastic little square.

* Harga yang tercantum diatas dalam mata uang Macau, Pataca ( MOP ). Kurs biasa kurang lebih sama seperti kurs HKD ke IDR. Saat ini sekitar Rp. 1.500-an.

No comments:

Post a Comment